Selamat Jalan Sahabatku, Imran BAK

Lainnya166 Views

Jakarta, Indonesianews.co.id

Kemarin adalah hari berduka bagi Keluarga Perantau asal Sulawesi Selatan dan asal Sidenreng Rappang (Sidrap) khususnya. Saudara, sahabat, teman, dan mitra seperjuangan kami, Imran Bin Abdul Karim (BAK) telah dipanggil oleh Allah swt pada hari Rabu, 16 Juni 2021, pukul 05.05 WIB di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Imran BAK wafat di umur 56 tahun.

Saya memiliki segudang kenangan baik, kebersamaan indah, dan menyegarkan bersama Imran BAK. Orangnya periang, lucu, fleksibel dalam bergaul, suka menulis dan menyebarkan informasi yang baik, perhatian pada teman, dan bagus silaturahmi kepada sesamanya. Simpulnya, Almarhum adalah sahabat atau kawan yang baik.

Masa perkenalan saya dengan Imran BAK ada sekitar enam tahunan. Bermula ketika kami merancang pembentukan paguyuban atau organisasi Keluarga Bugis Sidenreng Rappanh (KEBUGIS) di Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat. Imran BAK terlibat pada rapat-rapat awal persiapan dan deklarasi KEBUGIS bersama kawan-kawan seperantauan asal Sidrap. Kami dilantik dan dikukuhkan oleh Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP KKSS) di Gedung Manggala Wanabakti, 18 April 2015. Imran BAK duduk sebagai Koordinator Departemen Humas, dan di Kepanitiaan Pelantikan, sebagai koordinator pers atau wartawan. Imran BAK adalah salah satu pendiri dan pengelola manajemen Berita Metropol, media cetak dan online berita-berita yang sering digunakan informasi kepolisian dan masalah hukum di seluruh Tanah Air.

Salah satu kenangan indah saya dengan Imran BAK, sungguh sulit dilupakan adalah ketika kami bertiga: Abidin Beddu, Ketua Panitia Tudang Sipulung II; Imran BAK, Sekretaris Panitia Tudang Sipulung II; dan saya, M. Saleh Mude, Sekretaris Jenderal, ditugaskan oleh PB KEBUGIS ke Sidrap untuk menemui Bupati dan Ketua DPRD Sidrap Bapak Rusdi Masse dan Zulkfili Zain, sebelum acara Tudang Sipulung II dan Halal Bihalal KEBUGIS dengan Pemda Sidrap di Aula Kantor Gabungan Dinas Pemda Sidrap , di Pangkajene, 29 Juni 2017.

Acara dua tahunan itu bertujuan mengajak passompe asal Sidrap yang tersebar di seluruh Indonesia untuk mudik bersama melihat kemajuan pembangunan Kabupaten Sidrap, sekaligus manfaatkan potensi untuk menghidupkan tradisi dagang yang pernah dilakoni oleh saudagar-saudagar asal Sidrap yang sudah berkibar di tingkat Sulawesi Selatan dan Nasional. Ruh gagasan dari Bapak M. Alwi Hamu, Ketua Dewan Pembina PB KEBUGIS.

Sepulang dari Sidrap, itu di bulan suci Ramadhan, kami berempat dengan Sopir dari Angkasa Pura Makassar, singgah di pinggir jalan raya poros Barru-Makassar, di Kabupaten Barru, malam hari, sekitar pukul 21.00 WITA. Saya temani Imran BAK turun dari mobil, dan menyeberang ke pekuburan untuk menziarahi nisan ibu kandungnya. Kami berdua memberanikan diri memasuki kuburan di malam hari, teras bulu kuduk saya berdiri karena gelap. Kejadian itu menandakan bahwa keduanya sudah seperti saudara kandung, saya ikut memimpin doa, mendoakan ibu kandung Imran BAK.

Kejadian kedua, setelah acara Tudang Sipulung II KEBUGIS, kami: saya, istri saya, dan Imran BAK, satu mobil dari Sidrap ke Makassar. Kami singgah makan siang di rumah keluarga Imran BAK di Barru, menu makanan Bugis yang terasa lezat dan enak. Ketika itu, saya dengar istilah, “memasak dengan hati” dari keluarganya. Sorenya, kami melanjutkan perjalanan masuk kota Makasar dan tidur di hotel Yasmin Jalan Jampea Makassar.

Setelah kedua peristiwa yang sungguh berkesan itu, kami semakin akrab dan selalu aktif berkomunikasi dan hampir di setiap Rapat Harian, pertemuan tertentu, atau hajatan, dan acara-acara KEBUGIS dan KKSS kami selalu bertemu dengan penuh keakraban. Sebelum bertemu setiap pertemuan penting, Imran BAK selalu membisikkan saya agar segera menulis dan mengirimkan berita pertemuan itu untuk dimuat di medianya, News Metropol.

Kemarin, ketika saya sedang kuliah online, pukul 07.00 WIB, saya ditelepon oleh Ketua Umum PB KEBUGIS, Jenderal Pol (Purn) Dr. M. Said Saile, dikabarkan bahwa Imran BAK meninggal di RS Cipto Jakarta. Awalnya, saya susah tidak percaya informasi itu. Tapi, setelah bicara langsung istrinya melalui telepon, saya mendapatkan informasi detail dari detik-detik sebelum kematian saya itu, saya menangis terisak, menawarkan diri untuk turut serta membantu persiapan pemulangan jenasah dari Cipto ke rumahnya di Pelumpang, Priok.

Menjelang waktu shalat duhur di Jakarta, saya dan istri saya sudah bergabung dengan teman-teman dari Pengurus PB KEBUGIS dan KKSS di rumah duka. Saya beberapa kali sulit menahan tangis saya, setiap saya membocorkan wajah Almarhum. Kalimat terbata-bata kali keluar dari bibir saya, Imran, kau terlalu cepat pergi, kau sahabatku yang baik… Saya juga mendengar kalimat pengakuan beberapa istrinya, bahwa Almarhum tidak pernah mengeluh jika ia memiliki gejala penyakit jantung.

Saya dkk turut serta mengangkat jenasahnya dengan tandu untuk dibawa ke Masjid dekat rumahnya. Setelah shalat duhur, kami berdiri mendengarkan ungkapan duka dan kasih sayang dari pamannya, dan saya diberi kesempatan bicara 2-3 menit sebelum berdoa, dan mengantar jenasahnya ke TPU Semper, Budi Darma, Priok.

Saya menyaksikan Jemaah di Masjid kemarin ratusan orang, berjubel dari keluarga, tetangga, dan sahabat-sahabat Imran BAK. Saya menyampaikan bahwa Almarhum adalah orang baik, ramah, dan rajin memmberikan kita informasi yang bermanfaat. Kita semua merasa kehilangan atas kepergian tiba-tiba sahabat kita ini. Kami akan berkoordinasi dengan keluarga Almarhum untuk mengadakan doa bersama dalam bentuk “zoom” agar dapat diikuti oleh kawan-kawan dan keluarga Almarhum, yang tersebar di seluruh Jakarta, dan seluruh Indonesia.

Saya terakhir dan bersyukur kepada Allah karena diberikan kesempatan untuk berdoa di atas pusara, tempat peristirahatan baik saya Imran BAK, kemarin sekitar pukul 13.30 WIB. Saya menyaksikan ada ratusan orang yang mengantar dan sebagian meneteskan air mata membocorkan nisan putih nama “Imran BAK.”

Selamat jalan kawan, kami turut melengkapi doa-doa istri dan anak-anakmu. Semoga mendapatkan tempat yang lapang dan penuh cahaya. Alfatihah.

(M. Saleh Mude, Aktivis KKSS dan KEBUGIS)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *