Rembang, Indoenesianews.co.id
Sebuah karya nyata inspiratif sederhana lahir dari hati yang tulus, namun mengguncang perasaan siapa pun yang menyaksikannya. Film pendek berjudul Kisah Inspiratif Sepasang Sepatu (KISS) berhasil menorehkan prestasi gemilang meraih Juara II Tingkat Provinsi Jawa Tengah. Di balik film berdurasi singkat ini, tersimpan kisah perjuangan yang tak sekadar menyentuh logika, tetapi juga menggugah nurani tentang arti sejati sebuah pengabdian.
Film ini mengangkat cerita Inspiratif perjuangan seorang guru yang bertahan dalam segala keterbatasan. Dengan penghasilan pas-pasan, sepatu yang mulai aus, dan langkah kaki yang tak pernah berhenti, sang guru tetap hadir setiap hari di sekolah. Ia berjalan bukan demi gaji, tapi demi hati — demi anak-anak bangsa yang menanti ilmu dan kasih di balik papan tulis sederhana.
Sepasang sepatu yang menjadi simbol utama dalam film ini bukan sekadar properti, melainkan lambang kesetiaan dan keikhlasan. Di setiap langkah yang diambil, ada doa, pengorbanan, dan air mata yang tak pernah terlihat. Film ini mengajarkan bahwa dalam setiap langkah seorang guru, tersimpan sejuta harapan agar generasi muda bisa melangkah lebih jauh dari dirinya.
Karya ini merupakan hasil kolaborasi penuh makna antara para guru, kepala sekolah, dan siswa. Mereka tidak hanya menciptakan film, tetapi juga merekam denyut kehidupan mereka sendiri. Setiap adegan diambil dari potongan realita yang mereka rasakan: perjuangan, kesabaran, dan cinta tanpa pamrih terhadap dunia pendidikan.
Dalam kesempatan wawancara, Bapak H. Sutrisno, S.E., selaku Jurnalis Indonesianews dalam sesi wawancara mengaku meski penuh canda namun dibalik itu ada pesan yang tersirat yang ingin disampaikan.
Pandangan kedua aktor Flim KISS itupun tampak berkaca-kaca meski berbalut canda – tawa.
“Film ini bukan sekadar karya, tetapi doa. Doa dari hati seorang guru untuk semua rekan seprofesi yang berjuang dalam diam. Sepasang sepatu yang kami tampilkan di sini hanyalah simbol dari perjalanan panjang yang penuh peluh. Kami ingin masyarakat tahu, di balik senyum guru, ada beban yang tak ringan, ada pengorbanan yang tak selalu terlihat, namun selalu tulus.” ungkap Hindro Wahyudi.
“Setiap kali melihat sepatu usang di kaki siswa yang tetap datang ke sekolah meski hujan deras atau panas terik, hati saya teriris. Mereka berjalan bukan karena diperintah, tapi karena panggilan jiwa,”
“Film ini kami buat untuk mereka — para pejuang yang mungkin tidak pernah disebut di televisi, tapi sesungguhnya merekalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.” ungkap Adib Jauhari.
Ungkapan tersebut membuat suasana seketika hening. Semua yang mendengarnya tahu, bahwa film ini bukan sekadar tentang sepatu atau kemenangan, melainkan tentang ketulusan hati seorang pendidik yang terus melangkah di jalan sunyi demi masa depan generasi penerus bangsa.
Kemenangan Kisah Inspiratif Sepasang Sepatu di tingkat provinsi menjadi bukti bahwa karya yang lahir dari kejujuran hati selalu menemukan jalannya sendiri. Film ini bukan hanya mengangkat derajat seni, tetapi juga mengangkat martabat profesi guru di mata masyarakat luas.
Salah satu guru yang juga terlibat dalam film ini turut menyampaikan kesan mendalamnya. Dengan air mata yang menetes di pipi, ia berkata lirih,
“Kami bukan ingin mencari popularitas Pak. Kami hanya ingin orang-orang tahu, betapa banyak guru yang berjuang dalam sunyi. Kadang kami berjalan kaki jauh, kadang menahan lapar, tapi kami tetap tersenyum di depan murid. Karena kami percaya, pendidikan bukan hanya tentang ilmu, tapi tentang cinta yang tulus.” ungkap salah satu aktor KISS Hindro Wahyudi.
Pesan moral dari film ini begitu dalam: bahwa menjadi guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan suci untuk melayani, mendidik, dan menghidupkan harapan. Sepasang sepatu mungkin terlihat biasa, tapi di baliknya tersimpan kisah luar biasa tentang pengorbanan dan keteguhan hati.
Film Kisah Inspiratif Sepasang Sepatu menutup kisahnya dengan adegan sederhana namun mengguncang batin sang guru menatap sepatu tuanya yang mulai robek, lalu berbisik pelan sambil tersenyum:
“Selama sepatu ini masih bisa menapak, aku akan terus mengajar,” tekadnya.
Kalimat itu seakan menghujam dada siapa pun yang mendengarnya. Sebuah pesan lembut namun kuat, bahwa pengabdian sejati tidak mengenal batas usia, tidak terhenti oleh keadaan, dan tidak menuntut imbalan. Hanya keikhlasan dan cinta yang membuat langkah seorang guru tak pernah berhenti.
Sepasang sepatu boleh rapuh, tapi semangat para guru akan selalu abadi. Mereka berjalan bukan untuk dirinya, tapi untuk cahaya masa depan bangsa.
Reporter : Trisno Aji